Rabu, 17 Oktober 2012

┌П┐(►˛◄)┌П┐ AAAAARRRRGGGGHHHHH!!!!! Ϟ(`﹏´)Ϟ

Diposting oleh Naila Maghfira di 10.14 0 komentar
(✖╭╮✖)  Cerobohnya gue, lalainya gue, itu sering kali gue lakuin .. Ah, Tuhan kenapa ini semua terjadi??? Bikin semuanya berantakan, bikin semuanya gak karuan .. Gue slalu berusaha menghindari kecerobohan dan kelalaian gue, tp kenapa mereka selalu terus saja mengusik gue?? Salah apa gue??? (✖╭╮✖)

Щ(ºДºщ)  Harapan gue, mereka gak lagi-lagi menghampiri gue :"(  (˘ʃƪ˘)  

Selasa, 16 Oktober 2012

♥ DEUTSCHLAND

Diposting oleh Naila Maghfira di 06.38 0 komentar
Jerman???? Ah, Jerman ....

Setiap melihat atau mendengar nama itu, terbayang di pikiranku semua tentangnya .. Aku tidak ingin hanya berandai-andai, tapi yang aku katakan adalah "AKU PASTI BISA KE JERMAN" .. Berbagai motivasi-motivasi telah ku tanamkan dalam hati, aku yakin jika aku bertekad dan berusaha mencapainya, itu semua akan tercapai .. Bukankah Allah akan memberi jalan untuk Hamba-Nya yang selalu berdoa dan berusaha demi ridlo-Nya? Ya, itu yang selalu aku ingat saat aku mulai merasa pesimis akan mewujudkan impianku itu ..

Mungkin bagi sebagian orang sangatlah mustahil untuk aku ke sana, tapi takdir bukanlah mereka yang menentukan .. Aku memang tidak begitu pandai berbahasa Inggris yang termasuk bahasa Internasional, tapi aku tidak begitu saja menyerah  untuk memperdalamnya, demi impian ku ke Jerman ..

Apa alasanku ingin pergi ke sana? Singkat cerita, awalnya aku hanya iseng-iseng melihat buku-buku yang ada di rak buku, ku lihat di sana tersusun rapi beberapa buku untuk pemahaman orang awam mengenai Jerman, dan ternyata itu punya kakak laki-laki ku -Aryan Pradana Munandar-. Kebetulan ia sedang berada di luar kota untuk studi, jadi aku mengambil buku itu dari deretan-deretan yang rapi itu .. Ku buka lembar demi lembar, isinya tentang beberapa tempat bersejarah di negara Jerman, keren banget!! Saking penasarannya, ku buka laptop ku dan aku browsing di internet mencari gambar-gambar tempat bersejarah itu, daaaaan WOOOOOW kereeeeeeen bangeettt, ada yang kaya di cerita dongeng gitu malah (norak).

Gak cuma itu isinya, buku itu juga ada beberapa percakapan sehari-hari dalam bahasa Jerman, yaa gak jauh beda sama bahasa Inggris kok hehehe, tapi agak susah bacanya maklum anak bawang yang baru ngenal gitu hehehehe .. Keasyikan liat gambar-gambar tempat bersejarah dan mengenal sedikit beberapa percakapan sehari-hari bahasa Jerman membuat aku semakin tertarik dan sangat ingin tahu lebih dalam lagi tentang Jerman ..

Kalau ada waktu luang, aku browsing cari-cari wawasan tentang negara Jerman, itung-itung bertamasya nya (dalam khayalan sementara) .. Tapi kalau diinget-inget kelemahan aku dalam berbahasa Inggris, memang agak mempesimiskan diri aku, serius ini mah .. Tapi aku teringat akan kalimat motivasi di sebuah buku yang mengatakan "Orang harus punya kehendak untuk menjadi lebih baik dan melakukannya dengan baik .. Dan kehendak merupakan kunci dari motivasi"

Yes, berarti jalan aku gak nyasar dong? Aku udah berkehendak, berkeinginan untuk pergi ke Jerman, sebenaarnya tak sekedar ingin pergi ke sana, tapi aku akan melanjutkan studi ku, bahkan sambil mencari pengalaman bekerja kalau bisa ..

Apapun yang terjadi nanti, pergi tidaknya aku ke sana itu adalah keputusan terbaik dari Allah, aku hanya berharap berdoa dan berusaha kepada-Nya, dan untuk keluarga (terutama orang tua), sahabat, teman-teman, aku ucapkan terima kasih atas dukungannya selama ini, PERJUANGANKU BELUM BERAKHIR"

Aku Kembali

Diposting oleh Naila Maghfira di 06.11 0 komentar
Maafkan aku yang sudah lama meninggalkanmu, membiarkanmu sendirian, mengacuhkan dirimu begitu saja .. Aku tau betapa tidak enaknya jadi kamu yang begitu tidak dihiraukan, dicampakkan, tidak dianggap kehadirannya .. Tapi, apa daya sekarang aku hanya bisa meminta maaf padamu, maaf sedalam-dalamnya yang tulus dari dasar hati aku ..

Aku sangat menyesal, sangatlah menyesal .. Dan sekarang aku sadar, aku sangat salah telah melakukan ini padamu .. Maafkan atas kekhilafan aku selama ini, maafkan aku .. Aku akan berubah, aku tidak akan lagi mengecewakanmu, tidak akan lagi membuatmu merasa sendirian, tidak akan meninggalkan kamu, mengacuhkan dan tidak memperdulikan kamu .. Mulai saat ini, aku akan selalu memberi perhatian untukmu, sungguh aku janji ..

DAN AKU KEMBALI UNTUKMU, BLOG KU :D

Jumat, 03 Februari 2012

Bahagia Bersamamu - Puisi

Diposting oleh Naila Maghfira di 18.24 0 komentar

            Ragamu slalu di dekat ku
            Senyummu slalu menghiasi hari ku
Ku tak bisa menyakitimu
Ku tak mau mengecewakanmu
Karena aku tak mau
Kau meninggalkan diri ku
            Meski nanti jarak memisahkan kita
            Aku tak ingin hati ini terpisahkan olehnya
            Ku ingin persahabatan kita
            Selalu melekat hingga akhir hayat

Rabu, 04 Januari 2012

Mimpiku Inspirasiku - Cerpen

Diposting oleh Naila Maghfira di 05.33 0 komentar

Aku seorang anak yatim piatu yang kini tinggal bersama pamanku di sebuah kota di provinsi Jawa Barat, tepatnya di tengah kota Bandung. Ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan.
Sehari-hari Ia bertugas sebagai pengelola kebersihan kota Bandung. Meskipun Ia memiliki bawahan, tidak jarang Ia terjun ke lapangan untuk memantau kinerja bawahannya.
Pada suatu malam aku menghampiri paman yang sedang merokok di bawah pohon mangga di halaman depan rumah. Aku perhatikan paman sedang memendam suatu masalah yang sangat berat, tampak dari kerutan dikeningnya dan tatapan mata yang kosong.
Ku tepuk pundak paman, “Paman, sedang apa? Kok sendirian saja? Bibi ke mana?”
Paman tampak kaget dengan kehadiranku, “Eh, kamu Ris, belum tidur?”
“Belum, paman.” jawabku. Lalu aku berbincang-bincang dengan paman sambil menikmati indahnya langit malam. Paman bercerita dan mengeluh bahwa dia sedang mempunyai masalah menyangkut pekerjaannya dan berimbas kepada masyarakat di tempat tinggalnya.
Keesokan harinya aku diajak paman ikut ke tempat kerjanya. Lalu aku diajak paman berkeliling kota sambil mengontrol anak buahnya. Kurasakan udara yang sangat panas, debu yang bertebangan, serta aroma yang sesekali tercium tak sedap sekali.
Kami melewati sebuah sungai yang sangat kotor, tumpukan sampah mendominasi sungai itu, airnya sudah tidak lagi jernih, terlintas dibenakku keadaan kota ini berbeda dengan keadaan di kampungku.
Kampungku berada di Selata provinsi Banten. Memang belum banyak orang yang mengetahuinya, sehingga kampungku terjaga keasriannya. Sungai jernih mengalir deras tempat ikan-ikan tinggal di balik bebatuan. Mata air yang jernih pun mengalir di balik batu-batuan yang ada di sekitar lereng gunung. Emh, membuat aku rindu akan kampung halamanku.
Aku tersadar dari lamunanku saat paman ku terbatuk. “Kenapa paman?” tanyaku.
“Tidak apa-apa, paman hanya batuk biasa” jawab paman.
Aku pun merasakan sesak saat aku menghirup asap-asap yang keluar dari cerobong-cerobong asap pabrik yang besar. Mungkin ini yang menyebabkan pamanku terbatuk-batuk, jelas saja paman sudah bertahun-tahun menekuni pekerjaan ini.
“Sudah siang, ayo kita pulang,” ajak paman. Kami pun pulang.
Sesampainya di rumah paman, aku dan paman langsung makan siang yang sudah disiapkan oleh bibi, kami bertiga pun makan siang bersama. Selesai makan siang ternyata paman tidak pergi bekerja lagi, Ia akan kembali mengontrol anak buahnya setelah waktu ashar tiba. Paman pun duduk di bawah pohon mangga depan rumahnya. Aku ikut duduk di samping paman.
“Kamu sudah liat kan Ris bagaimana keadaan kota ini? Sangatlah jauh berbeda dengan kampung halamanmu.” kata paman.
Aku terdiam sejenak, memang begitu pikirku.
“Paman lelah, paman tidak nyaman dengan keadaan kota yang sekarang. Memang banyak kemajuan tapi banyak sumber masalah terutama menyangkut lingkungan.” ucapnya sambil tertunduk.
Aku terdiam memikirkan keluhan-keluhan yang terlontar dari mulut paman. “Apa yang bisa ku lakukan untuk membantu paman?” gumamku.
Sepanjang hari aku memikirkan apa yang paman keluhkan dan aku sangatlah ingin membantu paman. Andai aku pemuda berpendidikan dan memiliki kedudukan penting di kota ini, mungkin dengan mudah aku member ide-ide cemerlang untuk kemajuan kota ini, tapi apa daya aku bukan apa-apa di kota ini.
Keesokan harinya kembali aku ikut paman turun ke lapangan mengontrol para pekerja. Di sana ku temui seorang bapak separuh baya yang sedang menyapu pinggiran jalan raya. Ku hampiri bapak tersebut.
“Sini Pak saya bantu,” aku menawarkan bantuan kepada bapak itu.
“Tidak usah, dik. Bapak masih mampu” jawabnya. Bapak itu terus melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan tawaran bantuan dariku. Ku lanjutkan langkahku menyusuri trotoar pinggir jalan raya itu.
Ku lihat seorang pekerja yang tidak jauh usianya dengan bapak yang ku temui sebelumnya. Ia sedang duduk di pinggir trotoar, mungkin lelah bekerja. Ku dekati dirinya.
“Pak, boleh saya ngobrol dengan bapak?” tanya ku.
“Boleh, Nak. Silahkan duduk di sini.” ujarnya sambil memberikan tempat aku duduk tepat di sampingnya.
“Bapak sudah berapa lama kerja seperti ini?”
“Kira-kira 20 tahun bapak bekerja seperti ini, namun keadaan dulu sangatlah berbeda dengan keadaan sekarang, semuanya sudah tidak bersih” tiba-tiba pandangan Bapak itu menerawang jauh, mungkin lagi mengingat masa lalu.
“Dulu, waktu kendaraan bermotor belum banyak seperti sekarang ini, kota ini indah, asri, bersih, siapa pun menginginkan dan betah tinggal di sini. Namun di saat banyak orang-orang yang menggunakan kendaraan bermotor, tanah, air, bahkan udara jadi terpolusi. Apa daya Bapak seorang seperti ini tidak bisa berbuat banyak untuk mengembalikan keadaan seperti dulu” mata Bapak terlihat berkaca-kaca.
“Bapak jangan pesimis seperti itu, kalau kita yakin bisa merubah keadaan kita pasti dapat mewujudkannya” aku memberi semangat.
“Apa daya, Nak. Bapak sudah tua, sudah tidak mungkin berbuat banyak untuk masyarakat sini.”
“Saya siap bantu kok, Pak” tekadku.
Malam harinya, di dalam kamar aku merenung. Di atas sebuah dipan aku menerawang langit-langit kamar yang penuh dengan debu. Tekadku untuk mewujudkan keinginan bapak itu sangat tinggi. Entah aku ingin sekali menjadi pahlawan yang membangun kota ini, padahal kota ini bukan tempat asalku.
“Ujang (panggilan untuk anak laki-laki dalam bahasa Sunda), teu acan bobo?” tanya bibiku.
“Teu acan, da teu acan tunduh socana” jawabku.
“Teu nanaon atuh, ulah peuting-peuting nya.”
“Muhun”
Ku lanjutkan lamunanku, andai aku menjadi seorang yang bisa mewujudkan keinginan orang banyak di kota ini. Tiba-tiba aku tertidur. Di dalam tidurku aku bermimpi.
Aku menjadi seorang pemuda pintar dengan pendidikan yang bagus. Aku lulusan fakultas tata kota di sebuah Universitas di Kota Semarang. Aku langsung di tempat kerjakan di instansi pemerintahan bagian tata kota, pangkat ku pun tidak main-main. Di sana aku harus bekerjasama dengan senior-senior ku yang aku anggap mereka lebih bisa dibanding aku. Tugas kami menata kota agar tidak terlihat kumuh, tetap asri seperti dulu.
Aku membentuk sebuah tim khusus membahas masalah penataan kota menyinggung kebersihan lingkungan kota. Aku yang memimpin tim itu. Aku memberi gagasan-gagasan agar kota ini terlihat lebih bersih. Dan akhirnya aku mendapat penghargaan dari pemerintah kota Bandung atas keberhasilan proyek kerjaku.
Namun aku terbangun karena hari sudah pagi, ku lakukan yang seperti biasanya ku lakukan. Ku bantu pekerjaan rumah bibiku yang ku bisa, dan aku ikut paman ke tempat kerjanya walau hanya ikut berkeliling kota mengontrol kerja anak buahnya.
Sesampainya di tempat kerja pamanku, ternyata pamanku telah ditunggu seorang lelaki sebayanya. Ia hendak bercerita tentang mimpinya semalam yang sangat mengkhawatirkan. Dalam mimpinya akan datang sebuah banjir besar yang melanda kota Bandung, lelaki itu sangatlah ketakutan. Tiba-tiba anak buah paman yang lainnya datang dan menyampaikan hal yang sama dengan lelaki tersebut. Paman sebagai pimpinan terdiam sejenak. Aku pun ikut berpikir, ini masih ada sangkut pautnya dengan mimpiku semalam.
“Haruskah aku menyampaikan mimpiku semalam kepada paman?” tanya ku dalam hati.
Pamanku belum bisa memberi keputusan sekarang, Ia harus memusyawarahkan ini dengan banyak pihak. Lalu pada siang harinya saat istirahat, aku menceritakan apa yang aku mimpikan semalam. Dan aku meminta izin kepada paman agar menyampaikan cerita ini dan menjadi solusi dari mimpi bapak itu.
Paman setuju dengan usulku. Paman pun mengumpulkan beberapa rekannya untuk melakukan musyawarah, dan aku ditunjuk sebagai pembicara utamanya. Awalnya aku agak sedikit canggung karena aku tidak memiliki jabatan apapun di sini, tapi paman yang mempersilakan aku untuk berbicara di depan rekan-rekannya.
Tidak begitu banyak yang ku sampaikan kepada rekan kerja paman. Aku hanya sedikit bercerita tentang mimpiku dan aku berkata bahwa dari mimpi itu bisa dijadikan pedoman atas permasalahan yang diimpikan seorang diantara mereka. Sebelumnya aku juga melihat langsung keadaan kota Bandung saat ini yang sangat miris.
Dalam musyawarah itu, aku memberi gagasan-gagasan seperti yang ada di dalam mimpiku. Ternyata rekan-rekan paman menyetujui ide-ideku, walau pada awalnya ada pro dan kontra, mungkin karena ide ini berasal dari aku yang hanya seorang pemuda yang bukan penduduk asli kota Bandung.
Keesokan harinya paman menyampaikan ideku kepada pemerintah setempat, dan setelah dijelaskan ideku diterima dengan baik.
Beberapa hari kemudian dibuat peraturan daerah yang menyangkut tentang tata kota dan kebersihan kota Bandung, beberapanya terdapat ide yang pernah ku sampaikan. Salah satunya mengadakan sistem Car Free Day, aksi One Man One Tree dan rutin membersihkan kali Cikapundung.
Setelah sebulan peraturan itu diberlakukan, kota Bandung terlihat lebih asri dan akhirnya mendapat penghargaan sebagai kota berhiber. Aku sebagai salah penggagasnya diberi beasiswa untuk kuliah di jurusan tata kota di sebuah Universitas Negeri di kota Bandung.
Aku sangatlah bersyukur dan berterimakasih dengan cara belajar sungguh-sungguh Aku pun mendapat predikat siswa terbaik di tahun terakhir. Setelah aku lulus aku langsung di tawarkan pekerjaan di sebuah instansi pemerintahan kota Bandung.
Inilah keberhasilan dan kebahagiaan ku yang berawal dari sebuah mimpi. Mimpi adalah awal untuk mencapai kesuksesan, dengan mimpi kita bisa melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah kita terbayangkan. Dengan mimpi pula kita bisa terinspirasi menunjukkan sesuatu untuk memecahkan suatu masalah.
Namun aku sadar, ini tidaklah jauh dari takdir yang sudah Tuhan gariskan untuk hidupku. Akupun semakin taat beribadah dan syukur Alhamdulillah hidupku penuh berkah dan aku bisa membalas budi kepada paman dan bibiku yang sudah menghidupi ku semenjak lulus SMA. Hingga akhirnya aku dapat meminang wanita Sunda yang aku cintai dan hidup bahagia hingga akhir hayatku.
 

Tyatrie Aura Verra Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos